K IHAJAR DEWANTARA BAPAK PENDIDIKAN NASIONAL

BAPAK PENDIDIKAN
KI HAJAR DEWANTARA
SOEDARSONOFAMS - Ki Hajar Dewantara dikenang sebagai bapak pendidikan nasional. Lahir 2 Mei 1889 di Jogjakarta Meninggal 26 april 1959 di Jogjakarta. Peran di nasional : melawan peraturan Belanda dalam pendidikan yang melarang pribumi belajar, Jabatan di pemerintahan : menjadi menteri pendidikan nasional pertama 2 september- 14 november 1945.Hari lahirnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional di Indonesia tiap tanggal 2 Mei


Bekerja sebagai  wartawan di beberapa surat kabar, antara lain De Express, Utusan Hindia,dan Kaum Muda. Sebagai penulis yang handal, tulisannya mampu membangkitkan semangat antikolonialisme rakyat Indonesia. Ikut membidani terbentuknya Komite Bumiputra di tahun 1913 sebagai bentuk protes terhadap rencana Belanda memeringati kemerdekaannya dan Perancis. Beliau kemudian membuat sebuah
tulisan pedas di harian De Express yang berjudui “Als lk een Nederlander” (Seandainya Aku Seorang Belanda). Melalui tulisan ini, beliau menyindir Belanda yang hendak merayakan 100 tahun kemerdekaannyaa dan Perancis di negeri jajahan dengan menggunakan uang rakyat indonesia. Dibawah ini kutipan tulisan dari Ki Hajar Dewantara..


“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh Si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu ! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.


Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.


Tulisan sebagai expresi dari pemikiran seseorang mengenai suatu yang menjadi cita-cita atau jalan pikiran. Yang ingin dibagikan kepada sesamanya. Yang berguna sebagai pencerahan, titik terang yang menjadikan penuntun pemecahan masalah bagi yang membutuhkan.

dikutip dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar